Media untuk berbagi informasi terkini, terbaru hari ini....

Demokrasi Alat Indera???


Oleh; noval_mandolo*


"Mereka yang meminta demokrasi – dan bersedia mati untuk itu – dari manakah mereka menangkap ilham? Setidaknya dicina, atau di chili, di iran atau di singapura, di indonesia atau di korea, selalu ada orang yang dengan cemas maupun gemas memandang anak muda yang meminta demokrasi, : "kalian mau kebebasan? Kalian mau barat? Mau hal yang imitasi? Dan kecaman pun ditembakkan atau tentara dikirim, bayonet dihunus dan peliru dilepaskan.
Kita kaget. Kita sedih. Kita tak menduga bahwa pembantaian seperti itu bisa terjadi. Kita semua tidak membayangkan bahwa sekejam itukah perlawanan yang dilakukan bagi mereka yang selalu meneriakan sebuah demokrasi dan selalu memperjuangkan demokrasi yang akhir mereka dibalas dengan pembunuhan yang sangat kejam, kita lihat dicina pembantaian ribuan mahasiswa pro—demokrasi oleh pemerintah komunis dilapangan Tiannamen. Mengapa demokrasi harus dilawan dengan kekuasaan yang bertopang senjata" ??? (goenawan muhammad)

Sedikit pengantar dari goenawan muhammad diatas bisa membawa kita untuk berpikir bahwa nilai perjuangan sebuah demokrasi sangatlah mahal dan itupun harus dibalas dengan kematian yang sangat kejam. Lantas bagaimanakah dengan proses demokrasi di Indonesia? Perubahan politik sebagai akibat runtuhnya rezim komunisme dan perkembangan ekonomi internasional telah membawa perubahan yang sangat fundamental dalam tatanan kehidupan politik dunia. Isyu tentang hak asasi, demokrasi bersama lingkungan hidup mencuat kepermukaan. Negara-negara maju seperti amerika dan sekutunya membuat kebijaksanaan baru dengan mengkaitkan bantuan yang sangat dibutuhkan dunia ketiga dengan kondisi hak asasi dan demokrasi dinegara yang bersangkutan. Inilah proses awal menyebarnya isyu demokrasi termasuk sudah masuk di Indonesia.
Sekarang kita kembali lagi kepermasalahan yaitu demokratisasi alat indera, ternyata demokratisasi yang terjadi sekarang ini di Indonesia hanya baru pada tahap mulut saja sedangkan demokratisasi alat indera yang lain belum terjamah ataupun belum bisa dilaksanakan seperti kuping inilah alat indera yang sangat vital sekali disamping mulut. Nyerocos sampai tahap pengkritikan sudah mulai lancar terlihat diberbagai belahan aspek kehidupan ini namun terkadang kalau kita mendengarkan kritikan sering membuat hati kita hampir jatuh, was-was, dongkol, bahkan membuat kita naik pitam yang akhirnya menimbulkan suatu perbuatan yang sampai itu bisa menghilangkan nyawa orang lain inilah fenomena yang terjadi sekarang ini dan itu terjadi dijaman dahulu tepatnya dicina seperti apa yang telah diungkapkan oleh seorang penulis maupun wartawan suatu surat kabar diatas dan mungkin akan sampai kiamat nanti.!!!
Dibandingkan dengan zaman orde baru sebetulnya keadaan ini sudah jauh dari lumayan. Dimasa itu demokrasi kita hampir dipenuhi dengan sosok-sosok tunawicara dan tunarungu tidak bisa mengkritik dan tidak bisa memberikan masukan. Sekarang ini setidaknya kita sudah mulai bisa berbicara dan dengar walau itu ketika kita mendengarkan berita atau laporan serta kritik perkembangan yang buruk kita masih memakai hati yang dongkol.
Kalau kita menilik arti demokrasi yang pada dasarnya adalah kepercayaan akan kebijakan orang banyak. Inikan berarti bahwa lebih banyak kepala akan semakin banyak masukan dan pengawasan dan itu juga akan semakin besar juga peluang untuk mendekati permasalahan dengan seksama. Jauh dari itu dari dalam lubuknya lebih dari sekedar kepercayaan akan kebebasan sebagai fitrah manusia namun demokrasi adalah haluan yang berusaha menempatkan kesetaraan segenap manusia dan jelaslah betapa demokrasi itu termasuk bersikap setara pada sesama warga ataupun terbuka dengan kritikan, masukan dan perbedaan pendapat bukan sebaliknya demi kepentingan pribadi, golongan ataupun ideologi serta sekedar sebuah keputusan politik demokrasi selalu menjadi tameng atau kambing hitam. Dengan hal itu bukanlah berarti hal yang mustahil atau relatif melainkan sebersit kerendahan hati akan serba keterbatasannya mahluk dalam menghadapi kekayaan realita yang kompleksitas dengan permasalahan, sehingga tak berani untuk menjatuhkan sebuah kata final apalagi dengan memonopoli "kebenaran". Sehingga persoalan-persoalan yang rumit akan mudah diselesaikan apabila itu dilakukan banyak orang. Perbedaan pendapat, saling kritik, memberi masukan, merupakan suatu hal yang wajar karena dengan itu semua akan membawa kita pada kebersamaan menuju suatu cita-cita yang kita inginkan yaitu demokrasi yang benar-benar kembali kepada kita semua.
Kala kita menjadi seorang pemimpin marilah kita semua membuka hati dan menjaga alat indra kita apalagi yang namanya kuping karena kuping sering merasa "panas" apabila ada kata yang memang itu kenyataan yang ada pada diri kita, dengan cara inilah kita semua bisa menjalankan semua dengan sesuai tujuan kita dengan menerima kritikan karena tidak selamanya kritikan itu salah pasti ada yang mana itu bisa membangun dan jangan selalu kita mengkritik apabila kita tidak bisa melakukan apa-apa karena otokritik adalah hal yang percuma saja. Dan jangan kita menggunakan demokrasi sebagai cara untuk mencapai tujuan pribadi maupun golongan karena demokrasi adalah milik semua orang. Persis yang telah diucapkan atau dinyatakan oleh salah seorang pemimpin kita bahwa keterbukaan adalah suatu "cara" bukan "tujuan" begitupun dengan demokrasi kita harus pandang sebagai "cara" bukan untuk mencapai yang namanya "tujuan" dan bukan pula tujuan itu sendiri.

"Pandangan hidup demokratis bertumpu dengan teguh di atas asumsi bahwa cara harus sesuai dengan tujuan dan ketentuan inilah jika dipraktekkan yang akan memancar sebagai tingkah laku demokratis dan membentuk moralitas demokratis.
Janganlah kami ditunjukkan hanya tujuan tanpa cara sebab tujuan dan cara didunia ini sedimikian terjalin, mengubah salah satu akan berarti mengubah satunya lagi juga dan setiap cara yang berbeda akan menampakkan tujuan yang lain.
Dan ingatlah bahwa kuping itu sangat berbahaya bila didekatkan dengan suatu yang menyimpang menurut ketentuan umum dan kuping akan bermanfaat bila itu didengarkan dalam hal yang normatif " !!!(mandolo)

Penulis adalah kader PMII yang merupakan putra daerah BIMA (mbojo)

0 comments:

Posting Komentar

untuk acuan saya dalam mengelola content blog ini saya ucapkan terima kasih atas komentar anda

Personal Blog Copyright © 2011 | Template by Premium Template | Powered by Blogger